Ukraina Tuding Intelijen Rusia Dalangi Pembantaian Demonstran
Pemerintahan baru Ukraina yang didukung Barat, Kamis (3/4/2014), menuding dinas rahasia Rusia (FSB) dan pemerintahan Viktor Yanukovych bertanggung jawab atas pembantaian 90 pengunjuk rasa pada Februari lalu.Kedua pihak saling menyalahkan terkait kekerasan berdarah yang dimulai pada 18 Februari lalu itu. Namun sejauh ini belum ada penyelidikan resmi digelar hingga Menteri Dalam Negeri Ukraina, Arsen Avakov mengungkap hasil penyelidikan awal.
Hasil penyelidikan yang diungkap Avakov ini sangat berpotensi menghancurkan hubungan pemerintah Ukraina dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di masa depan.
Avakov mengatakan presiden terguling Viktor Yanukovych mengeluarkan perintah untuk menembaki para pengunjuk rasa sementara pada agen FSB membantu Yanukovych merencanakan dan melaksanakan serangan.
"Agen-agen FSB terlibat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan apa yang mereka sebut sebagai operasi anti-teroris," ujar Avakov.
Namun, seorang juru bicara FSB di MOskwa membantah tudingan Kiev itu dan menyebut hasil penyelidikian itu sama sekali tidak benar.
"Biarkan tuduhan itu menjadi tanggung jawab dinas rahasia Ukraina (SBU)," kata juru bicara FSB seperti dikutip kantor berita RIA Novosti.
Perbedaan pendapat soal haluan Ukraina di masa datang, telah membelah negeri berpenduduk 46 juta orang itu menjadi dua. Sebagian menginginkan Ukraina tetap menjalin ikatan dengan Rusia, sedangkan sebagian lainnya menginginkan Ukraina menjadi bagian Eropa yang lebih besar.
Perbedaan itu meruncing dan meledak pada 18 Februari lalu saat suara tembakan terdengar di jantung kota Kiev, mengawali tiga hari bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa yang tak membawa senjata. Bentrokan itu mengakibatkan puluhan orang kehilangan nyawa.
Post a Comment