Kembali ke Perancis, 100 Militan Irak Suriah Diawasi
Anggota Parlemen di Perancis mengatakan sekitar 100 militan yang ikut berjuang dengan kelompok pemberontakan di Irak dan Suriah telah kembali. Saaat ini, pemerintah Perancis membutuhkan sumber daya yang besar untuk mengawasi para militan ini dan melakukan langkah keamanan lain demi mencegah serangan.Ribuan relawan dari Barat telah melakukan perjalanan menuju Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok Islam garis keras, yaitu Islamic State atau Negara Islam. Hal ini telah menyebarkan rasa takut di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat .
Salah seorang anggota parlemen Sosialis, Sebastien Pietransnta, dalam wawancaranya bersama Reuters, mengatakan, dari sekitar 1.000 relawan yang pergi meninggalkan Perancis, sekitar 100 relawan di antaranya telah kembali. Saat ini mereka sudah berada di negara tersebut.
"Beberapa dari mereka berada di penjara, yang lain berada di bawah pengawasan pengadilan," ujar Pietrasanta, Jumat (12/9/2014).
"Kami memiliki bukti materil yang menunjukan sejumlah orang ang kembali dari Suriah, berpotensi melakukan serangan lagi ke depannya," tambahnya.
Pietrasanta merupakan juru bicara untuk undang-undang anti terorisme yang diperdebatkan di parlemen pada Senin (9/9/2014). Isinya untuk pengawasan potensi relawan jihad dan membatasi adanya gerakan pejuang yang dapat kehilangan paspor dan surat-suratnya. Piestrasanta mengatakan pengawasan terhadap pejuang yang kembali harus dilakukan dalam skala yang besar.
"Ketika Anda mengetahui bahwa dibutuhkan sekitar 20 agen keamanan untuk mengawasi satu orang, Anda mendapatkan gambaran soal tantangan yang dihadapi petugas keamanan kami," ujarnya sambil menambahkan ada 52 lagi militan yang kembali dan telah dipenjara.
Sementara itu, pejuang yang telah kembali, ketika ditanya oleh Dinas Keamanan, mengatakan kecewa dengan pengalaman mereka di Suriah. Satu orang di antaranya bahkan menyesal pernah bergabung.
"Kami memiliki satu orang yang benar-benar menyesal, yang trauma dengan apa yang mereka lihat," ujar Pietrasanta.
"Tapi sungguh, anda tidak dapat hanya mengatakan 'Aku telah melihat banyak hal mengerikan, aku menyesal telah pergi'," tambahnya.
Pada Kamis, seorang pria yang diduga menjadi salah satu perekrut utama para militan dari Perancis untuk negara Islam saat ini telah diserahkan kepada pengadilan Paris.
Pietrasanta mengatakan pria bernama Mourad Fares mengatakan telah menyerahkan diri ke pengadilan Perancis karena dia takut hidupnya di Suriah setelah dia membelot dari IS ke Al Qaeda dan kelompok Nusa Depan.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan harga yang harus dibayar oleh militan yang telah di Suriah sejak Juli 2013, adalah didakwa dengan konspirasi dengan kelompok teroris sekembalinya mereka ke Perancis.
Mehdi Nemmouche, warga Perancis berusia 29 tahun yang baru kembali dari Suriah, diduga tela melakukan penembakan di Museum Yahudi di Brussels pada 24 Mei lalu yang menyebabkan empat orang tewas.
Post a Comment