Remaja 17 Tahun Menantang Pemerintah Beijing
Remaja itu baru berusia 17 tahun. Namun, dia telah memimpin ribuan pelajar yang sekarang sedang berunjuk rasa soal demokrasi di Hongkong.Remaja itu adalah Joshua Wong. Dia memimpin demonstrasi menentang langkah Beijing meniadakan pemilu langsung untuk memilih penguasa wilayah otonomi khusus Hongkong pada 2017.
"Masa depan Hongkong adalah milikmu, kamu, dan kamu," teriak remaja yang memakai kaca mata berbingkai warna gelap dan berambut potongan mangkok tersebut sebelum polisi menyeretnya, Jumat (26/9/2014).
Aksi Wong membuatnya dibekuk polisi, yang menyeret dan menendang Wong di teman para pelajar. Darah terlihat mengalir dari lengan Wong. Para pengunjuk rasa pun menggerung dan berupaya menyelamatkan Wong.
Unjuk rasa pelajar ini bukan kali pertama bagi Wong berurusan dengan polisi, gerakan pelajar, dan kebijakan. Dia juga sudah pernah mendapatkan kemenangan besar menentang kekuasaan Beijing, negara yang saat ini berkuasa atas Hongkong setelah Inggris mengembalikan wilayah itu ke Beijing pada 1997.
Wong masih berusia 15 tahun, ketika dia bisa memaksa pemerintah otonom Hongkong mengurungkan rencana membangun skema pendidikan nasional pro-Tiongkok. Saat itu, dia memobilisasi 120.000 pengunjuk rasa.
"Saya rasa dia memahami realita politik Hongkong, tetapi dia juga memahami psikologi gerakan atau kelompok protes," kata Matthew Torne, pembuat film asal Inggris yang mengabadikan aksi Wong dalam film dokumenter tentang protes edukasi nasional di tanah koloni bekas jajahan Inggris tersebut.
Wong menghiasi halaman depan surat kabar nasional setempat selama beberapa hari, meski tak semuanya menyanjung tindakannya pada saat itu. Sebuah surat kabar pro-Beijing Wen Wei Po, misalnya, memberitakan Wong sehalaman penuh tetapi sekaligus menderetkan tuduhan untuk remaja ini.
Koran itu menuduh Wong punya hubungan dekat dengan Amerika Serikat dan CIA. Wong dituduh pula telah mempengaruhi sekolah-sekolah di Hongkong. Semua tuduhan itu sudah disangkal.
Kemampuan Wong dan para pelajar Hongkong menggerakkan ribuan orang untuk berjuang demi demokrasi telah meningkatkan dukungan terhadap mereka. Mereka telah mengendalikan gerakan pembangkangan sipil kota itu.
Para pelajar ini berencana menggelar aksi yang lebih besar pada 1 Oktober 2014, dengan berencana menduduki pusat pemerintahan. Mereka ingin aksi tersebut menjadi satu dari gerakan protes paling mengganggu abad ini yang terjadi di daerah pusat keuangan Asia.
Post a Comment