Korsel: Korut Siap untuk Uji Coba Nuklir Lagi

Korsel: Korut Siap untuk Uji Coba Nuklir Lagi

Korea Utara (Korut) telah menyelesaikan semua langkah awal yang diperlukan untuk melakukan uji coba nuklir, kata seorang pejabat pemerintah Korea Selatan (Korsel).

Korsel mendeteksi penutupan pintu masuk ke sebuah terowongan di situs Punggye-ri di wilayah timur laut Korut. Hal itu menunjukkan bahwa Pyongyang kini siap untuk melakukan apa yang bisa menjadi uji coba nuklirnya yang keempat, kata pejabat tersebut.

"Itu merupakan langkah terakhir dalam persiapan untuk menguji perangkat nuklir," kata pejabat itu, Kamis (24/4/2014). "Secara teori, ada waktu tujuh sampai 14 hari untuk melakukan uji coba setelah pintu masuk ditutup."

Pejabat itu menambahkan, sangat mungkin Korut akan menguji perangkat untuk memperkaya uranium karena tampaknya tidak memiliki banyak plutonium.

Pejabat itu juga mengatakan, Korut mungkin saja hanya akan meluncurkan rudal balistik jarak jauh, jika akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan uji coba nuklir.

Ditanya apakah Korut sudah mampu membuat senjata nuklir yang cukup kecil agar bisa dibawa sebuah rudal, pejabat itu mengatakan, "Kami yakin bahwa Korut telah membuat kemajuan besar dalam teknologi untuk mengecilkan hulu ledak nuklir dan bahwa mereka akan mengupayakan yang terbaik. Bahkan, Korut menghabiskan sejumlah besar dana dan waktu untuk (itu)."

Komentar tersebut muncul sehari sebelum Presiden AS Barack Obama tiba di Korea Selatan sebagai bagian dari kunjungan ke beberapa negara Asia. Obama sebelumnya tiba di Jepang dan terus ke Malaysia, Sabtu besok. Dalam sebuah wawancara dengan sebuah harian Korsel menjelang kedatangannya pada Jumat ini, Obama memperingatkan Pyongyang terkait kemungkinan melakukan uji coba terbaru itu. "Jika Korut membuat kesalahan dengan melakukan uji coba nuklir lain, negara itu akan mendapatkan reaksi yang tegas dari masyarakat internasional," kata Obama kepada Joonang Ilbo.

Rezim tertutup di Pyongyang diketahui telah melakukan tiga uji coba nuklir sebelumnya. Semuanya diyakini berbasiskan plutonium. Yang terbaru terjadi pada Februari 2013.