erbagai Cara Cegah Prostitusi "Online", dari Peran Orangtua hingga Negara
Orangtua sedianya berperan dalam memberikan pendidikan seksual kepada anak. Dengan demikian, anak tidak mencari tahu sendiri mengenai seksualitas yang dikhawatirkan menjerumuskan anak ke dunia pornografi."Pendidikan seksualitas harus diajarkan sejak dini supaya anak tahu akibatnya. Kalau menyimpang, itu akibatnya apa, maka anak di dalam bawah sadar punya cara berpikir, bernalar, dan dia sadar efek pada dirinya kalau melakukan itu tidak hanya takut dosa, tetapi juga apa efek terhadap dirinya," kata tokoh agama yang juga anggota Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia, Romo Benny Susetyo di Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Menurut Benny, masalah prostitusi sedianya tidak hanya dipandang dari kacamata moral, tetapi juga kacamata sosial, psikologi, hingga pendidikan. Ia menyayangkan sikap orangtua yang selama ini cenderung memandang tabu seks. Padahal, menurut dia, orangtualah yang semestinya memegang peran untuk memperkenalkan pendidikan seksual kepada anak sejak dini.
Di samping peran orangtua, Benny menilai penanggulangan prostitusi yang berdekatan dengan pornografi ini memerlukan campur tangan negara. Ia menilai pemerintah perlu membangun lebih banyak pusat kreativitas sehingga masyarakat bisa menyalurkan libidonya untuk kegiatan lebih positif.
"Orang bisa menggunakan libidonya menjadi lebih kreatif, inovatif, dengan membangun kebebasan berekspresi, bentuk-bentuk kesenian. Anak-anak itu eksplorasi olahraga sehingga tenaganya tidak lagi berpikir masalah-masalah 'di bawah'," kata Benny.
Bukan hanya itu, masyarakat juga perlu diberikan pendidikan agar lebih kritis dalam menggunakan media sosial. Kerap kali, media sosial menjadi sarana untuk menyebarluaskan pornografi. Benny juga menyoroti fenomena artis yang terjebak bisnis prostitusi. Menurut dia, fenomena ini muncul selama hedonisme dan konsumerisme menjadi gaya hidup masyarakat.
"Kalau kita mau, harus ada identitas. Identitas orang dilihat tidak dalam gaya hidup yang mewah. Banyak orang hebat, profesor, pakai sepeda bangga, tetapi dia punya nilai, dihargai prestasinya karena nilai," ucap Benny.
Namun, saat ini, masyarakat cenderung kurang memberikan penghargaan kepada orang yang menerapkan nilai kejujuran dan kesederhanaan.
"Di negara maju, kalau tidak jujur, terkena stigma itu. Orang menjadi tidak lagi memiliki sesuatu yang diteladani, maka orang itu habis, kehilangan namanya. Tapi, di sini kan enggak. Di sini orang toh malah bangga melakukan itu," tutur Benny.
Bisnis prostitusi di kalangan artis mulai terkuak. Pekan lalu, kepolisian menangkap RA (32), seorang pria yang diduga berperan sebagai mucikari. Ia menawarkan jasa wanita penghibur dari kalangan artis dan model dengan tarif Rp 80 juta hingga Rp 200 juta. Dari praktik itu, RA mendapatkan keuntungan kurang lebih 30 persen dari tarif wanita yang disewa.
Post a Comment