Terkepung di Crimea, Militer Ukraina Hadapi Dilema
Para prajurit Rusia, Senin (18/3/2014), dikabarkan membangun parit-parit pertahanan dan mempersiapkan mortar di lereng perbukitan yang menaungi pangkalan militer Ukraina di Perevalne, Crimea.Di dalam pangkalan itu, para prajurit yang loyal kepada Kiev dihadapkan pada dilema, menyerah kepada pemerintah baru Crimea atau meninggalkan semenanjung itu. Pangkalan militer di Perevalne itu sudah dikepung sejak akhir Februari lalu oleh milisi pro-Rusia dan ribuan prajurit tanpa tanda pengenal.
Sebelumnya, parlemen Crimea memerintahkan "perlucutan" pangkalan-pangkalan militer itu sebagai bagian dari nasionalisasi semua properti Ukraina di Crimea.
Ketua parlemen Crima, Volodymyr Konstantynov, telah memerintahkan semua personel militer Ukraina untuk bersumpah setia kepada Crimea atau keluar dari perbatasan Crimea jika tetap menjadi anggota militer Ukraina.
Ribuan prajurit Ukraina yang berbasis di semenanjung itu—Presiden Vladimir Putin memperkirakan jumlahnya mencapai 22.000 orang—dipaksa pasrah melihat pasukan Rusia mengepung basis-basis mereka di Crimea.
Pemerintah Ukraina sebelumnya telah menegaskan tidak akan memerintahkan pasukannya meninggalkan Crimea. Namun, Ukraina juga mengesampingkan kemungkinan menyerang pasukan Rusia.
Pengepungan juga terjadi di pangkalan AL di Sevastopol. Di sana hanya terlihat dua kapal mengibarkan bendera kuning biru Ukraina. Sementara di tempat yang sama terlihat 20 kapal yang mengibarkan bendera Rusia.
Kapal-kapal perang Ukraina berlabuh di tempat yang agak jauh sehingga sulit melakukan serangan. Sementara kapal-kapal perang Rusia memblokade akses menuju ke pelabuhan.
"Kami adalah tahanan situasi politik. Hingga para politisi menyelesaikan masalah mereka, maka kami tetap menjadi sandera di sini," kata Pavlo seorang perwila AL Ukraina.
Dia menambahkan, pihaknya hanya menerima perintah untuk mempertahankan kapal-kapal perang Ukraina tanpa harus melepaskan tembakan.
"Kami memiliki kesepakatan dengan Rusia bahwa keadaan akan tetap tenang hingga 21 Maret, dan saya harap akan tetap tenang sesudah tanggal itu," tambah Pavlo.
"Setelah itu, hanya Moskwa dan Kiev yang tahu. Kami tak akan meninggalkan kapal. Kami anggota militer akan menunggu perintah," ujar Pavlo.
Sehari setelah referendum, PM Crimea Sergiy Aksyonov mengatakan, sebanyak 500 personel militer Ukraina bergabung dengan militer Crimea yang tak lama lagi akan dilebur ke dalam angkatan darat Rusia.
Post a Comment