Pendukung Yingluck Siap Melawan!

Sekira satu pekan lalu pendukung Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra merencanakan menggelar demonstrasi tandingan. Ternyata pernyataan tersebut bukanlah isapan jempol, mereka bahkan telah siap turun ke jalan untuk lindungi Yingluck.

Kelompok yang dikenal dengan sebutan "Kaus Merah" itu adalah pendukung setia keluarga Shinawatra. Mereka mayoritas berasal dari daerah terpencil di utara dan timur laut Thailand, serta kelompok ini selalu menganggap mantan PM Thaksin Shinawatra sebagai pahlawan.

Salah seorang pemimpin Front Persatuan Demokrasi Melawan Diktator (UUD) –organisasi resmi Kaus Merah, Jatuporn Promphan, menegaskan aksi Kaus Merah semata-mata hanya untuk melindungi pemerintahan Thailand saat ini. Pemerintah Yingluck dinilai mereka adalah keinginan rakyat karena Yingluck dipilih melalui pemilu yang adil pada 2010.

“Ini adalah tugas UUD untuk membawa secara massal kelompok Kaus Merah yang mencintai demokrasi dan tidak setuju dengan metode Suthep (pemimpin demo anti-pemerintahan). Akan lebih banyak massa (Kaus Merah) dibanding yang berhasil dikumpulkan Suthep,” dijelaskan Promphan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (11/12/2013).

Suthep Thaugshuban merupakan tokoh kunci dalam demo anti-pemerintahan. Mantan Wakil PM ini sepertinya masih menyimpan dendam dengan kelompok Kaus Merah  karena pada 2010 berhasil menumbangkan Suthep dari posisi orang nomor dua di pemerintahan Thailand.

Saat ini Suthep telah memilih untuk berjuang di jalanan bersama kelompok tandingan kelompok "Kaus Kuning", yang terang-terangan inin menumbangkan Yingluck. Aksi Suthep pun menjadi target kritik dari kelompok Kaus Merah untuk mengungkap motifnya di balik pengerahan massa Kaus Kuning.

“Saat Suthep berbicara harusnya dia ingat ada jutaan warga Thailand yang mencintai Thaksin dan keluarga Shinawatra,” ujar salah seorang pejabat tinggi UUD, Thida Thawornseth.

“Di mana pikiran Suthep saat dia mengatakan berbicara atas nama rakyat Thailand? Suthep berkata Yingluck tidak akan bisa pergi ke seluruh Thailand tanpa menerima penghinaan. Apa yang ada di pikirannya? Seharusnya dia perlu khawatir,” tegas Thida.